Minggu, 24 Mei 2015

Berkelahi

“Bapakmu dulu nakal sekali! Zaman kecil, sering sekali Ia berkelahi dengan pamanmu. Pernah suatu hari mereka berkelahi, saking marahnya pamanmu, dikejarnya bapakmu itu dengan membawa parang. Suatu hari pernah juga Kakek sedang sholat sementara pamanmu dan bapakmu itu berkelahi. Tak sengaja dilihatnya pamanmu mengambil pisau dari atas lemari, langsung berhenti lah sholatnya.”

Aku bengong, lalu tertawa terbahak-bahak.

“Serius, Cik?” tanyaku disela-sela tawa.

“Iya, serius. Kami itu saudara sering sekali berkelahi waktu kecil. Aku juga dulu sering berkelahi dengan Acikmu yang lain. Lihat lah pamanmu itu! Waktu kecil mana bisa Ia ditinggal dengan adiknya, sekalinya ditinggal sudah saling terjang!”

Aku tertawa, menatap pamanku yang tersenyum malu.

“Tetapi sudah berumur begini, tak pernah sekali pun kami berkelahi, malah saling bantu. Nyaman rasanya. Berbeda lah dengan orang-orang lain yang waktu kecil akur dengan saudara-saudaranya, tapi beranjak besar malah sinis saling menjatuhkan.”

Aku terdiam, lalu meringis. Tiba-tiba teringat dengan kakak dan adik di rumah. Rindu.

Mungkin bagusnya kami terus berkelahi di masa muda, pikirku. Teruuus bertengkar sampai lelah, menikmati kesenangan masa muda. Hingga akhirnya, di masa tua kami hanya akan mensyukuri keberadaan satu sama lain. Tertawa bersama, mengingat kebodohan lama.


Gambar diambil di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar