Kamis, 27 April 2017

Langka, Katanya

Kau membawa kekecewaan itu terlalu lama.
Menyebarkan tetes demi tetes keputusasaan yang menghitam. Menguap dan menjebak ragamu dengan awan yang kau buat untuk melindungi dirimu sendiri.
Kau berdiri gagah sekaligus merendah. Menempatkan dirimu terlihat dan berbayang. Kau adalah ironi dari setiap kata yang kau ucapkan.
Kau tidak pernah mencintai cahaya, melihatnya pun tak mau.
Berbeda dengan kalian, aku lebih baik menghindarinya. Membutakan,” katamu.
Kau selalu menganggap dirimu berbeda dan menjadikan dirimu berbeda.
Tapi apakah kau juga harus menghina kami yang menurutmu--hanya menurutmu--sama dan biasa?
Harapanmu tidak pernah berjalan seirama dengan usahamu untuk membuat kami menyadari bahwa kau nyata dan bukan makhluk utopis yang hidup dalam drama.
Jadilah berbeda dan luar biasa!” kau bilang. Suaramu lantang, penuh tekanan. Menekan dan menuntut, sarat pembenaran.
Kau membuat keunikan menjadi kehilangan makna. Kau menodai kreativitas dengan tuntutan. Kau mengkonversi apresiasi dengan hasil yang seolah tak ada harganya di hadapan beban dan upaya.
Kau tahu?
Berkat kau, kami tidak ingin menjadi berbeda.
Berkat kau, kami hanya ingin menjadi sederhana, dan menikmati setiap detiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar