Minggu, 25 Juni 2017

Simalakama

Yang satu mencintai dengan api. Panas dan menggelora. Sentuhan dan pemujaan total seorang pecinta. Namun saat semua terbakar, yang tersisa hanya abu. Kulit-kulit mengelupas, kering tanpa darah, hangus tanpa asap.
Yang satu mencintai dengan angin, datang bagai badai, membawa seluruh asa dan lamunan melayang tinggi, namun hampa di tengah pusaran. Melayang tanpa jalan keluar.
Yang satu mencintai bagai air. Mengalir tanpa henti, membawa serta segala yang baik segala yang buruk, campur yang terlalu baur, lalu menenggelamkan saat sampai di muara. Membiru tanpa lebam.
Yang satu mencintai dengan tanah. Sederhana dan apa adanya. Menyelimuti tubuh beserta basah dan keringnya. Namun tiap lapisan menyimpan dendam tiap jiwa, menimbun sakit dan jeritan tiap nestapa. Ragu dan cemburu. Luka tanpa air mata.
Maka aku memilih melayang jatuh. Kering, hampa, beku dan tercabik sempurna.
Sendiri saja. Bahagia dalam sakitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar