Ada saat dimana aku sudah lelah berjuang, membenci kamu, memaki kamu di setiap napas yang kuhirup, berdoa supaya nanti kamu akan merasakan sakit yang sama.
Tetapi ada juga saat dimana aku sabar menunggu kamu dan berdoa untuk kebaikanmu, mengharapkan kamu datang dengan hanya sekedar sapa dan ucapan apa kabar, membuaiku kembali dengan ucapan bahwa kamu masih menginginkan aku, sehingga aku bisa tersenyum senang dan menipu diri sendiri.
Ada saat dimana aku bahagia hidup tanpamu, dengan senang hati membuat kenangan baru dengan orang-orang yang tulus bersamaku bahkan sebelum ada kamu, menjalani hari dengan berjuta harapan akan cinta yang lebih baik, akan cerita yang akan kuukir dengan dia yang telah ditakdirkan untukku, yang dengan hanya bersamanya lah aku mampu membangun surgaku sendiri.
Tetapi ada juga saat dimana aku berhenti tersenyum saat namamu muncul tiba-tiba entah dimana, saat melihat kamu bahagia dan menyadari bahwa aku belum bisa seikhlas itu, saat dimana aku berpikir bisa-bisanya aku dengan mudahnya menerima dan berasumsi bahwa aku bisa bersama orang lain saat aku tahu bahwa luka darimu masih belum bisa kusembuhkan.
Apa kamu tahu bagaimana rasanya mempunyai tombol perasaan yang tidak bisa dikontrol sama sekali? Rasanya menatap ke depan tetapi juga tak bisa lepas dari cengkraman masa lalu? Rasanya membencimu sekaligus mencintaimu? Rasanya berusaha melupakanmu tetapi juga berjuang mempertahankanmu untuk tetap di hidupku?
It’s funny when I try hard to move on but at the same time, hold on.
Hanya Tuhan yang tahu betapa hebat perang dalam diriku ini, antara memaafkan kamu atau mendoakan segala hal yang terburuk di dunia ini menimpa kamu. Dan juga hanya Dia yang tahu bagaimana aku bisa mempunyai energi untuk mencintai sekaligus membenci seseorang sampai sebesar ini.
Kamu tahu? Kamu penghancur terindah yang pernah kutemui.
Tapi di antara semua lelucon Tuhan yang tak henti-hentinya membuatku tertawa dan menangis di saat yang bersamaan, aku masih punya pendirian untuk tidak memberikanmu kesenangan untuk menyiksaku. Aku masih punya keyakinan bahwa Dia terus mengujiku dengan kehadiranmu agar aku bisa mempersiapkan diri untuk bertemu takdirku, membuatnya bangga karena semesta sudah menyiapkan untuknya wanita sekuat aku. Lelucon Tuhan memang tak pernah henti membuatku sengsara, tetapi aku yakin rencana-Nya nanti akan membuatku menangis saking bahagianya.
Jaga dirimu dari aku, dari kita. Aku juga sedang menyelamatkan diriku sendiri dari kamu. Apa yang pernah kita bangun selama ini tidak sia-sia, tetapi hanya layak untuk dijadikan pelajaran. Bahkan jika kemungkinan dan harapan entah bagaimana masih ada, akhirnya kita hanya akan menghancurkan diri sendiri.
Berbahagialah. Disini aku sedang menuju kebahagiaan yang lebih baik.
Tetapi ada juga saat dimana aku sabar menunggu kamu dan berdoa untuk kebaikanmu, mengharapkan kamu datang dengan hanya sekedar sapa dan ucapan apa kabar, membuaiku kembali dengan ucapan bahwa kamu masih menginginkan aku, sehingga aku bisa tersenyum senang dan menipu diri sendiri.
Ada saat dimana aku bahagia hidup tanpamu, dengan senang hati membuat kenangan baru dengan orang-orang yang tulus bersamaku bahkan sebelum ada kamu, menjalani hari dengan berjuta harapan akan cinta yang lebih baik, akan cerita yang akan kuukir dengan dia yang telah ditakdirkan untukku, yang dengan hanya bersamanya lah aku mampu membangun surgaku sendiri.
Tetapi ada juga saat dimana aku berhenti tersenyum saat namamu muncul tiba-tiba entah dimana, saat melihat kamu bahagia dan menyadari bahwa aku belum bisa seikhlas itu, saat dimana aku berpikir bisa-bisanya aku dengan mudahnya menerima dan berasumsi bahwa aku bisa bersama orang lain saat aku tahu bahwa luka darimu masih belum bisa kusembuhkan.
Apa kamu tahu bagaimana rasanya mempunyai tombol perasaan yang tidak bisa dikontrol sama sekali? Rasanya menatap ke depan tetapi juga tak bisa lepas dari cengkraman masa lalu? Rasanya membencimu sekaligus mencintaimu? Rasanya berusaha melupakanmu tetapi juga berjuang mempertahankanmu untuk tetap di hidupku?
It’s funny when I try hard to move on but at the same time, hold on.
Hanya Tuhan yang tahu betapa hebat perang dalam diriku ini, antara memaafkan kamu atau mendoakan segala hal yang terburuk di dunia ini menimpa kamu. Dan juga hanya Dia yang tahu bagaimana aku bisa mempunyai energi untuk mencintai sekaligus membenci seseorang sampai sebesar ini.
Kamu tahu? Kamu penghancur terindah yang pernah kutemui.
Tapi di antara semua lelucon Tuhan yang tak henti-hentinya membuatku tertawa dan menangis di saat yang bersamaan, aku masih punya pendirian untuk tidak memberikanmu kesenangan untuk menyiksaku. Aku masih punya keyakinan bahwa Dia terus mengujiku dengan kehadiranmu agar aku bisa mempersiapkan diri untuk bertemu takdirku, membuatnya bangga karena semesta sudah menyiapkan untuknya wanita sekuat aku. Lelucon Tuhan memang tak pernah henti membuatku sengsara, tetapi aku yakin rencana-Nya nanti akan membuatku menangis saking bahagianya.
Jaga dirimu dari aku, dari kita. Aku juga sedang menyelamatkan diriku sendiri dari kamu. Apa yang pernah kita bangun selama ini tidak sia-sia, tetapi hanya layak untuk dijadikan pelajaran. Bahkan jika kemungkinan dan harapan entah bagaimana masih ada, akhirnya kita hanya akan menghancurkan diri sendiri.
Berbahagialah. Disini aku sedang menuju kebahagiaan yang lebih baik.
Yogyakarta, 20 Juni 2014. 19:40