Jumat, 09 Desember 2011

26 Mei 2012

Bukan maksudku menduakan rasa
Ku hanya tak ingin tersiksa hampa
Ku berkoar kebohongan,
Jabarkan kenyataan,
Hadapi kemungkinan,
Karena ku putus akan harap tentangmu
Asaku jatuh karenamu
Yang telah mengobati hati dan menyakiti lagi
Yang bawa diriku pergi lalu hilang tak kembali
Kenalkanku pada keindahan seraya diam-diam membunuhku pelan-pelan
Bisa apa aku sekarang?
Ku ingin berlari, kau tahan diriku dengan kebaikanmu
Tekadku ingin lupakan, kau tekan paksaanku dengan angan tentangmu
Katakan kepadaku apa yang kau inginkan!
Kesakitanku?
Kepedihanku?
Air mataku?
Ku lelah… kau biarkanku kotori hati
Racuni cintaku yang telah ditetapkan murni
Sekarang apa lagi?
Ku persembahkan… pasti kan kuberikan…
Tetapi biarkan ku bebas
Biarkan kuhirup nafasku dengan lepas, tak lagi disesaki bayangmu
Biarkan ku berdzikir dengan ikhlas, tak lagi dihantui wajahmu
Biarkan ku peta hidupku dengan jelas, tak dijejali sakitnya kemustahilan akanmu.

(saat ku menyerah akan rasa ini… dan  sadari bahwa kau tetap mustahil bagiku sampai kapanpun. Ku tutup bukuku tentang semua memorimu…)





Sesal

Izinkan aku sejenak menyesali semua
Biarkanku tangisi harapan semu beralaskan ragu
Sesak terasa jika langkahmu membayang
Ikuti hari, hantui janji
Kini, disaat ku ingin resapi diri,
Rasakan indahnya hati yang telah kuyakini,
Kau hancurkan partikel kalbuku
Porak-porandakan jiwa hingga ku tertatih
Hatiku remuk menyerpih
Tersesat gapai kuasa
Bagai berusaha berdiri tanpa sang kaki termiliki
Tergugu kelu ku merintih
Meminta sedikit kasih yang takkan pernah terpenuhi
Kutahan semua gejolak jiwa
Kubangun dindingku satu-satu meraja
Nafikkan diri tak ingin tahu tentang dirimu
Tapi sampai kapan?
Haruskah ku benturkan kepala agar ku lupakan semua?
Wajibkah ku benci dirimu dengan dendam pekat yang membara?
Sekarang ku hanya terpasung sendiri, salahkan ragaku yang hina
Seraya sesali semua yang terjadi dan sekarang hampa.

(saat ku kehilangan pegangan karena kau menjauh… sesali diri mengapa kubiarkan diriku berharap akanmu…)

Tentangmu, Tapi Bukan Untukmu

Dan akhirnya indah itu hilang
Yang awalnya kupuja dan kudambakan
Waktu-waktu semu itu
Sama sekali tak bisa seutuhnya berlalu
Masih jua tak bisa kuhentikan
Jerit tangis hati dari jiwa yang ditinggalkan
Hanya tak bisa sejujurnya tertawa
Belum mampu untuk sebenar-benarnya tersenyum
Hampa untuk sekedar nikmati hari
Ah, rapuh.
Mudah sekali kujatuh
Terpuruk tanpa dasar, terbang tak tentu arah
Sedangkan kau sukai itu, kau syukuri itu
Haruskah ku sesali?
Karena rembulanku tak mau pergi
Cahayanya menusuk relung hati
Menyingkap tabir rahasia, membuka luka
0, Tuhan yang menciptakan rasa…
Bantu aku tuk benahi hati dan kemelut bimbangku.

(ini adalah untuk pertama kalinya sejak menyadari rasa ini, ku menangis dan berpuisi untuk orang lain selain dirimu… )


Melesak

Aku letih…
Sakit lagi, perih lagi, siksa lagi
Tak pernah peduli
Terus kau datang lalu hancurkan
Dengan indah kau injak-injak rasaku
Sementara ku berkoar kebohongan seraya menahan luka
Berdarah, bernanah…
Tak bosan ku eja namamu
Matahariku… Matahariku..
Sedangkan kau segan tuk sekedar temu
Buatku terbang, buatku jatuh
Egomu musnahkanku, senyummu obati aku
Derai tak terhingga…
: Mengapa masih juga kau golakkan bahtera hatiku?

(terjatuh disaat ku bimbang dengannya, dan kau menjauh…)

Sepi

Andaikan bisa kuberkata saat ini
Ingin sekali kumaki dayamu
Merangkak terlalu lemah
Bahkan hanya tuk bertahan kau tak mampu
Ingin sekali kuteriakkan
Adakah berarti kita selama ini?!!
Kita yang sekarang terhalang sepi
Hampa terpasung sendiri-sendiri
Sekaan ini tak lagi mampu
Hapus air yang menggenang di jendela hatiku
Ah, keruh.
Apakah sama sekali tak kau sadari hadirku disini?

(saat pertama kali kau buatku terjatuh… saat ku terlalu tersiksa rasa ini sehingga ku bertekad tuk tidak menyapamu, dan hanya punggung kita berdua yang bertemu, itu pun saling menjauh…)