Jumat, 29 Juli 2016

Karena Sebenarnya

Karena yang menyakitkan adalah,

Bukan kamu yang memutuskan pergi,

Atau aku yang memilih berpaling,

Atau kita yang sudah lelah.

Karena yang menyakitkan adalah,

Saat kita terlalu nyaman berjalan bersama,

Tapi tak lagi bahagia.

Terlalu Lama

Aku dan kamu terlalu lama bersama.

Sama-sama merasakan rindu, terkungkung ragu dan kadang cemburu.

Sama-sama melihat langit lalu terpejam,
Sama-sama menatap layar lalu tersenyum,
Sama-sama memandang ratusan pasangan yang berlalu lalang sehingga terdiam.

Kita terlalu lama bersama, dan terlalu lama terpisah.

Time

When I see the future in you,

And you see the present in me,

I finally understand.

That I need someone to live,

While you just need someone to be loved.

Selasa, 19 Juli 2016

Hati

Kamu waktu itu pernah berkata bahwa terkadang manusia harus berusaha terbiasa dengan keadaannya sendiri. Sangat terbiasa sehingga ia menjadi lupa akan hal lainnya, menjadi tidak peduli akan apapun selain rutinitasnya.
"Buatlah hatimu malas bergerak!" katamu."Tidak terlalu diam hingga mati bosan, tidak terlalu pecicilan hingga terlempar jatuh dan kesakitan."
Lalu aku mulai meninggalkan seluruh keluhan, mengabaikan segenap rasa dan gerakan yang tiba-tiba muncul, membiarkan sang hati berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Pelan pelan dan sesuai perhitungan.
Tentram dan tanpa gangguan.
Namun...
"Dia datang, Tuan," kataku sambil tersenyum masam.
Dengan senyuman seharga 1 juta dolar itu kamu memandangku, "Lalu, apa kabar hatimu?"
Tanpa sadar aku menyentuh sang hati, mengantisipasi hal yang tak nyaman. Lalu aku menjawab tanpa suara, tapi toh kamu tahu. Bahkan aku akan kaget jika kamu tidak mengerti. Kadang aku benci mengakui bahwa mungkin kamu lebih mengerti hatiku dibanding yang lain.
"Sakit kah?" tanyamu.
"Tidak. Hanya... menyesakkan."
Lalu kamu menganggukkan kepalamu penuh pemahaman. Kamu menunduk lama. Sangat lama hingga rasanya ini semakin sesak saja.
"Mungkin sudah saatnya," ucapmu perlahan.
"Saatnya apa, Tuan?"
"Ya... Saatnya melepas hatimu. Ia mungkin sudah cukup kuat untuk disakiti, sudah cukup bijaksana untuk dibiarkan memilih, sudah cukup pintar untuk berjalan tanpa pegangan."
Aku terdiam.
"Ia sudah cukup dewasa, maka sudah saatnya lah Ia dibahagiakan."