Cinta kita adalah drama yang menyimpan bom waktu
Bagai virus yang menggerogoti pelan-pelan lalu mematikan
Kita saling berkata baik-baik saja saat hati keruh oleh prasangka
Paksakan diri tersenyum saat hati tertawa dan menangis saking gilanya
Aku adalah rumahmu, tempatmu pulang, tempatmu kembali setelah hari petang
Tempat kau berbagi peluh dan kesah setelah lelah berpetualang
Tapi apakah pernah kau bayangkan, menjadi pihak yang menunggu kau kembali tanpa kepastian?
Menjadi api bagimu meskipun kadang aku kedinginan?
Tanpa tahu kemana kau berpetualang...
Ke jejak yang sama kah?
Ke hati yang lain kah?
Dan adalah aku yang dengan bodohnya selalu berdiri tegap menunggumu
Seraya berharap kau akan membagi ceritamu tanpa ada yang kau sembunyikan dariku
Lalu kau...
Kau adalah kelemahan terbesarku
Tempatku mencaci-maki selama sisa hidupku
Tetapi kemudian memujamu tanpa batas hingga di ujung waktu
Membencimu terlalu dalam, mencintaimu sampai remuk redam
Berdiri di antara cinta dan benci yang membuatku menginginkanmu setengah mati
Kau racun bagiku. Candu bagi tubuhku. Narkoba bagi pikiranku
Tapi kau bagai kunang-kunang bagi hatiku
Yang hinggap dengan meninggalkan jejak pelita sampai hatiku penuh diselimuti cahaya
Ah, cinta ini terlalu rumit, sayangku.
Tapi aku selalu berdo'a setiap waktu
Berdo'a supaya cinta gila ini sanggup membungkam semua ragu
Meleburkan semua cemburu
Hancurkan kita hingga menyerpih, membakar kita sampai menjadi abu putih
Lalu terlahir kembali
Berdua saja, hanya kau dan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar