Pengarang: Neal Shusterman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 456 halaman
RUU Kehidupan
Perang Sipil Kedua, yang juga dikenal sebagai
“Perang Heartland,” merupakan suatu konflik berkepanjangan
dan berdarah-darah yang mempertentangkan satu isu.
Untuk mengakhiri perang, serangkaian amandemen
konsitusional yang dikenal sebagai ‘RUU Kehidupan’
disahkan.
RUU ini memuaskan kedua belah pihak, pasukan Pro-
kehidupan dan Pro-pilihan.
RUU Kehidupan menyatakan bahwa kehidupan manusia tak
boleh disentuh sejak masa pembuahan hingga seorang anak
mencapai usia tiga belas tahun.
Namun, antara rentang usia tiga belas dan delapan belas,
orangtua boleh memilih untuk secara retroaktif
‘menggugurkan’ seorang anak…
…dengan syarat hidup anak tersebut tidak ‘secara teknis’
berakhir
Proses seorang anak diterminasi tapi tetap hidup disebut
Unwinding—Pemisahan Raga, dan anak itu disebut Unwind.
Saat ini, Pemisahan Raga merupakan hal yang lumrah dan
diterima dalam masyarakat.
Ya, disaat teman-teman yang lain megang LKS Bahasa Arab untuk UAMBN, saya dengan watados-nya baca ini.
Pertama kali liat cover-nya first impression saya bilang klo saya nggak bakal suka, ya wajar sih, thriller is not my thing. Tapi karena lagi frustasi-frustasinya pengen baca novel, saya kesampingkan first impression saya tadi dan mulai ngebaca.
Eh, ternyata malah nggak bisa berhenti.
Modelnya tu kaya "Hunger Games"-nya Suzanne Collins, dimana hukum yang dibuat di suatu negara bukannya memperbaiki dan menghargai kemanusiaan, malah menghancurkan dan menyia-nyiakannya.
Cerita awal dimulai dengan satu halaman yang berisi transkrip "Undang Undang Kehidupan", dimana dalam cerita itu terdapat perang yang bernama Heartland War antara dua kubu yang Pro-Kehidupan dan Pro-Pilihan. Pro-Pilihan ini maksudnya pilihan untuk mengakhiri hidup orang lain, contohnya aborsi.
Karena perang berkepanjangan dan nggak berhenti-berhenti, maka dibuatlah konstitusi yang memuaskan kedua belah pihak, dimana masa hidup manusia dari umur 0 sampai 13 tahun sama sekali tidak boleh diganggu gugat. Tetapi, antara umur 13 sampai 18, dalam masa itu, para orangtua berhak menyerahkan anak-anaknya ke pemerintah.
Untuk apa? Untuk menjalani pemisahan raga atau Unwinding. Anak yang menjalani pemisahan raga disebut Unwind. Pemisahan raga disini adalah memisah seluruh aspek anatomi anak tersebut (baca: organ-organnya dipisah) untuk di-donorkan dan diperjualbelikan.
"Jangan takut, bagaimana-pun kau akan tetap hidup, hanya dengan cara yang berbeda." - Petugas Sosial UnwindingBerbeda = Kepisah-pisah. Otak dipake si A, tangan dipake si B, paru-paru dipake si C.
Kesel sendiri jadinya kan.
Yang tambah kesel lagi, ada aja gitu orangtua yang dengan ikhlasnya ngasihin anaknya buat di-unwinding. Cuma gara-gara nakanya nakal, kleptomaniak, atau cuma gara-gara miskin.
Contohnya Connor Lessiter, anak yang selalu menimbulkan masalah, secara tidak sengaja mengetahui kalau orangtuanya telah menandatangani surat perintah untuk memisahkan raganya. Dugaan Connor bahwa kedua orangtuanya tidak tahan lagi dengan tingkah laku Connor sehingga bermaksud untuk memisahkan raganya agar bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Tapi Connor memutuskan untuk melarikan diri dan bagaimanapun caranya harus bertahan sampai umur 18 tahun, usia yang telah dibebaskan dari Unwinding.
Risa Ward. Yatim Piatu yang tinggal di Ohio State Home 23(StaHo), dipaksa untuk menjalani pemisahan raga untuk mengurangi beban panti asuhan itu. Tapi karena sebuah insiden kecelakaan terjadi, Risa punya kesempatan untuk menyelamatkan dirinya.
Berbeda lagi dengan Lev Jedediah Carler. Dari kecil Lev telah diberitahu oleh keluarganya kalau dia adalah anak yang spesial dan akan dijadikan persembahan. Ironisnya, keluarga Lev yang taat pada agama mereka ini punya beberapa anak angkat yang ditinggalkan di depan pintu rumah mereka. tapi dengan teganya kedua orangtua Lev mengirim anak kandung mereka sendiri untuk menjalani pemisahan raga. Takdir berkata lain, ketika akan berangkat ke “tempat penjagalan”, Lev diculik oleh Connor untuk dijadikan sandera.
Pertemuan tak disengaja antara Connor, Risa dan Lev membuat mereka mengalami petualangan tak terduga.
Berbeda lagi dengan Lev Jedediah Carler. Dari kecil Lev telah diberitahu oleh keluarganya kalau dia adalah anak yang spesial dan akan dijadikan persembahan. Ironisnya, keluarga Lev yang taat pada agama mereka ini punya beberapa anak angkat yang ditinggalkan di depan pintu rumah mereka. tapi dengan teganya kedua orangtua Lev mengirim anak kandung mereka sendiri untuk menjalani pemisahan raga. Takdir berkata lain, ketika akan berangkat ke “tempat penjagalan”, Lev diculik oleh Connor untuk dijadikan sandera.
Pertemuan tak disengaja antara Connor, Risa dan Lev membuat mereka mengalami petualangan tak terduga.
Secara keseluruhan ni novel keren banget, dimana konflik pelarian, kemanusiaan, dan persahabatan nyampur aduk disitu.
Saya kira ini novel murni thriller, eh ternyata ada romantisme-nya juga, nilai plus banget buat saya yang emang pada dasarnya suka novel romantis. :D
Saya kira ini novel murni thriller, eh ternyata ada romantisme-nya juga, nilai plus banget buat saya yang emang pada dasarnya suka novel romantis. :D
Alur dan gaya bahasa-nya juga dapet banget, Neal Shusterman jago memadukan percakapan yang bikin saya ketawa ngakak tetapi diam dan ngerasa ke-jleb banget hanya dengan membaca baris sesudahnya. Lalu sudut pandangnya yang serba tahu juga ngebantu banget dalam memahami jalan cerita.
Intinya, novel ini bikin 'melek' banget, dari cerita-cerita anak-anak Unwind, yang setiap harinya kayaknya nggak bisa nikmatin hidup karena dia tahu pemisahan raga udah di depan mata.
Emang bisa nikmatin makanan klo yang ada di dalam pikiran cuma "ini mulut gue siapa yang bakal make ya? ini tangan gue buat siapa ya? nanti yang punya lambung gue bakal makan enak nggak ya?"
Emang bisa nikmatin makanan klo yang ada di dalam pikiran cuma "ini mulut gue siapa yang bakal make ya? ini tangan gue buat siapa ya? nanti yang punya lambung gue bakal makan enak nggak ya?"
Mereka nggak merasa memiliki organ-organ tubuh mereka sendiri.
Tamparan banget buat kita, kan? Kita yang hidup nyaman dan cuma kadang-kadang aja inget mati emang udah cukup bersyukur?
"Dengan kehidupan yang begitu penuh peraturan dan sistem, sangat mudah untuk lupa bahwa mereka tetap manusia." – Hal. 122Credits:
http://ariansyahabo.blogspot.com/2013/09/book-review-unwind-pemisahan-raga-by.html
https://www.goodreads.com/book/show/18274105-unwind---pemisahan-raga.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar