By the way, masih banyak lho yang nanya, "Poy/Dew, lu ngapa dah masih sering banget posting tentang Agni? UGM kan kampus lu? Kampus yang udah ngasih lu ilmu? Lu nggak mau dicap durhaka?" dan berbagai pertanyaan sejenis.
So here's the story: When he was alive, my dad always had so many critics coming out from his mouth everyday. Adaaaa aja yang dikritik atau cuma diledekin ama beliau tiap hari. Mau itu politik, sosial, ekonomi, ulama, cendekiawan, politisi, dll. Dulu gue kesel banget dah, gue pikir dulu beliau ini orangnya nggak pernah puas apa ya, adaaaa aja yang dikritik, adaaa aja yang dikomentarin. Nggak pernah ada yang beres di mata beliau kayaknya. Tapi makin gue gede, gue makin mengerti, walaupun beliau gak pernah ngomong langsung, itu adalah satu hal yang dari dulu selalu bokap gue ajarkan ke gue semasa beliau hidup:
Jangan pernah mengikuti dan memuja orang, institusi, merek, atau apapun. Ikutilah gagasan dan nilai, karena itu yang kekal, dan tetap hidup di manapun. Gagasan dan nilai tumbuh dan terpatri tanpa diskriminasi, baik di diri politisi, maupun di tukang sapu jalanan. Baik di institusi besar, atau cuma di pemikiran anak umur 5 SD.
Dan bentuk mengekalkan dan menghidupkan gagasan serta nilai itu ya darimana lagi kalau bukan dari kritik? Itu usaha kita untuk menuntut nilai dan gagasan yang tadinya ada tapi berubah, bukan? Kritik (dengan data yang jelas) merupakan sikap menghormati dan mencintai yang paling rasional sih menurut gue, karena dengan kritik, orang/institusi/merek/apapun itu kan punya refleksi apakah yang dia lakukan selama ini sesuai dengan gagasan dan nilai yang selama ini dia gembor-gemborkan atau tidak. Kalau sesuai ya diapresiasi, kalau tidak sesuai ya dikritik biar dia inget lagi.
Nah, sejak beberapa bulan terakhir, menurut gue UGM lagi nggak beres nih, karena sekarang dia bersikap tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini berani digembor-gemborkan di kelas-kelas perkuliahannya. Gue bukan sedang bersikap kurangajar dan ngehina-ngehina doang tanpa bukti. Gue (dan segenap teman-teman gue yang juga berjuang dengan caranya masing-masing) secara terbuka mengkritik UGM dengan harapan institusi ini bersikap manusiawi dan nggak mementingkan nama baiknya aja.
Kenapa sih Agni dan temen-temennya berusaha keras banget untuk kasus ini? Biar nggak ada kasus-kasus lain yang menimpa mahasiswa lainnya. Biar nggak ada lagi Agni-Agni lainnya yang mesti mati-matian berjuang demi keadilan yang harusnya sejak awal udah di-provide sama si UGM ini tapi jebule enggak. Ini bukan tentang Agni VS HS atau Agni VS UGM. This is bigger than that. Ini tentang korban-korban penindasan VS sistem besar yang tidak adil. Ini tentang perjuangan mendapatkan keadilan. Ini tentang harapan yang --walaupun kecil-- akan tetap terus berkobar demi kondisi yang lebih baik.
So, nggak apa-apa dicap durhaka juga. Gue masih percaya sama gagasan dan nilai-nilai kemanusiaan, makanya seperti Agni, gue pun ikut berjuang. Walaupun cuma ini yang bisa gue lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar