Ini tentang aku yang masih meraba-raba wajahmu melalui binari nol nol satu nol
Menciummu melalui spektrum cahaya, memejamkan mata karena takut buta, menerima apa pun yang ada
Aku memujamu masih sama,
Masih disertai keping-keping mimpi yang kuhapal mati, pola-pola berseberangan yang sulit dan melilit, rela disiksa oleh kau yang rumit
Lucunya, aku lebih familiar dengan suara langkah kakimu di dimensi sana dari pada detak jantungku di rengkuhan realita
Lebih memahami arti kerlingan matamu yang bagai kristal, menggelap atau berbinar, duka atau murka
Tiap hari menahbiskan diri dengan menyentuhmu hanya melalui perantara dan rasa sepi yang makin hari makin terasa
Karena aku memujamu masih sama,
Masih dengan aku yang tak ada, dan kau yang tak nyata.