Izinkan aku memulai sebuah ritual
Di mana aku asyik memilih bagian-bagian favoritku
Jempol kakimu, kuping kananmu, kulit belakang lehermu
kuseduh dan kutenggak tanpa henti
Bagai pengembara kehausan yang tersesat
sama-sama tak tahu jalan pulang
Kau ingat saat kau bilang kita terlalu saling cinta sampai rasanya lebih baik mati?
Siapa yang tahu bahwa ternyata itu maksudnya peringatan dini
Hingga aku cuma bisa mengais sisa-sisa ingatan, saat kita berpegangan tangan di pinggir jalan
dan aku menatap matamu yang jelalatan karena takut ketahuan
Hidup sudah cukup berat dengan kau yang takut dan dayaku yang mengkerut
tapi kau malah balik kanan, berlari, memilih menghadang maut
Adakah tersisa?
Kini kau tak lagi berwujud, hanya serpihan yang menyerbuk
Tiga kali sehari hari kuminum, abumu kuhirup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar