Jumat, 01 Maret 2013

Perkembangan Pesantren Untuk Menjawab Tantangan Zaman



Sebagaimana yang kita tahu, pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Pesantren telah dikenal mampu menerbitkan kader-kader mutafaqqih fiddin yang berguna di masyarakat. Dengan trademark budaya pondok atau asrama dan kemampuan membaca kitab arab klasik atau dikenal dengan kitab kuning, para santri yang lulus diharapkan dapat terjun ke masyarakat dengan kemampuan agama yang cukup untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Tetapi apakah hanya aspek agama yang dibutuhkan di masyarakat? Tentu saja tidak. Apalagi di zaman globalisasi ini ilmu pengetahuan terus berkembang. Tidak hanya teoritis, tetapi juga dalam kajian dan pengamalannya. Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan di masyarakat sudah banyak terpecah menjadi berbagai aspek dan langsung diaplikasikan guna membentuk masyarakat yang lebih baik. Skill pun menjadi faktor yang sangat penting guna menjadi senjata utama untuk menghadapi zaman yang terus berkembang ini.

Lalu apakah pesantren sudah menyesuaikan semua perkembangan itu dengan baik? Sayangnya tidak. Masih banyak santri-santri yang terjun ke masyarakat tetapi tidak mempunyai peran yang begitu berarti karena ia tidak mempunyai skill selain pengetahuannya di bidang agama. Masih banyak santri yang dipandang sebelah mata karena ketidakmampuannya untuk menjadi seorang ahli di bidang selain dakwah. Banyak santri yang masih tidak bisa mengamalkan apa yang telah hanya didapatnya hanya karena satu hal, tidak adanya skill yang ia miliki.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan seorang figur santri yang tidak hanya ahli dalam bidang agama, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan lain dan mempunyai skill, entah dibidang sains-teknologi, ekonomi, entrepreunership, ataupun bidang-bidang lainnya. Dibutuhkan seorang kader yang tidak hanya baik dalam moral, tetapi juga ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan. Pesantren harus ikut berkembang dan menyesuaikan perkembangan zaman yang ada. 

Demi terwujudnya hal ini, banyak faktor dan pihak-pihak yang berperan penting. Pertama, para santri. Sebagai subjek dalam terbentuknya kader-kader ini santri harus memiliki sikap yang tangguh dalam menuntut ilmu, terbuka dalam menerima pluralisme, dan teguh memegang keyakinannya dalam beragama. Ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang ia miliki nanti akan diaplikasikan langsung ke dalam masyarakat, dan jika ia tidak mempunyai keteguhan dalam beragama dikahawatirkan ia akan terbawa bahkan terwarnai oleh perkembangan zaman yang tak terduga. Kedua, pihak yang sangat berperan dalam terwujudnya hal ini adalah para kyai, guru, dan seluruh stake-holder pesantren. Para kyai yang sadar akan pentingnya sains-teknologi bagi santri pasti akan memudahkan jalannya perkembangan pesantren. Sebaliknya, kyai yang tidak menyadari hal itu justru akan mengahambat jalannya perkembangan pesantren.

Lalu bagaimana cara mengimbangi ilmu agama dan ilmu terapan lain khususnya sains-teknologi di pesantren? Banyak cara mengimbanginya, salah satunya adalah dengan media informasi dan fasilitas keilmuan yang menunjang. Perpustakaan yang lengkap, pengajaran teknologi informasi yang baik, ruang belajar yang kondusif serta fasilitas keilmuan lainnya adalah salah satu sarana yang mendukung perkembangan pesantren. Pengajaran skill kerja dan keterampilan lain juga salah satu hal yang mendukung perkembangan pesantren.

Dengan pengembangan, cara dan sarana yang baik otomatis pesantren akan berkembang pesat dan akan menciptakan kader-kader santri yang hanya tidak ahli agama, tetapi juga ilmu pengetahuan yang cukup dan skill yang hebat untuk menjawab perkembangan zaman.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar