Rabu, 22 Januari 2014

Skenario yang Tidak Dipentaskan

"Aku hanya minta secuil alasan di otakmu dan sebentar saja dari waktumu."

"Untuk apa?"

"Menuntut penjelasan darimu, memakimu, mencelamu sesuka hatiku, menangis keras di depanmu, lalu tersenyum lebar dan pergi menjauh."

"Kau bilang kau sudah memaafkanku."

"Otakku sudah, hatiku belum."

"Kau masih mencintaiku?"

"Ya."

"Menyesalkah kau sekarang?"

"Tidak."

"Lalu mengapa sekarang kau ingin menuntut penjelasan dan mencaci-maki diriku?"

"Aku ingin bisa memaafkanmu dengan hatiku."

"Perlukah itu?"

"Ya, sangat perlu."

"Mengapa? Kau tidak bisa melupakanku?"

"Kenapa aku harus melupakanmu? Kau itu pelajaran, agar kelak aku tidak lagi mengatakan 'ya' kepada orang macam kamu."

"Lalu mengapa kau ingin memaafkanku?"

"Agar lepas bebanku, dan tidak lagi mencintaimu. Aku tidak ingin menyakiti orang lain."

"Menyakiti orang lain?"

"Ya."

"Bagaimana bisa?"

"Aku pernah merasakan bagaimana sakitnya mencintai seseorang yang terus mengingat orang lain dalam hidupnya, dan aku tidak ingin seperti itu. Aku tidak ingin seperti kamu."


(Di titik luka, pada suatu malam. Sejenak lega menyergapku, dan rindu akan bahagia mengampiriku. Lalu aku sadar, aku harus memaafkanmu dan melepasmu tanpa ragu)


gambar di ambil di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar