“Bapakmu dulu nakal sekali! Zaman kecil, sering sekali Ia
berkelahi dengan pamanmu. Pernah suatu hari mereka berkelahi, saking marahnya pamanmu,
dikejarnya bapakmu itu dengan membawa parang. Suatu hari pernah juga Kakek
sedang sholat sementara pamanmu dan bapakmu itu berkelahi. Tak sengaja
dilihatnya pamanmu mengambil pisau dari atas lemari, langsung berhenti lah
sholatnya.”
Aku bengong, lalu tertawa terbahak-bahak.
“Serius, Cik?” tanyaku disela-sela tawa.
“Iya, serius. Kami itu saudara sering sekali berkelahi waktu
kecil. Aku juga dulu sering berkelahi dengan Acikmu yang lain. Lihat lah pamanmu
itu! Waktu kecil mana bisa Ia ditinggal dengan adiknya, sekalinya ditinggal
sudah saling terjang!”
Aku tertawa, menatap pamanku yang tersenyum malu.
“Tetapi sudah berumur begini, tak pernah sekali pun kami
berkelahi, malah saling bantu. Nyaman rasanya. Berbeda lah dengan orang-orang
lain yang waktu kecil akur dengan saudara-saudaranya, tapi beranjak besar malah
sinis saling menjatuhkan.”
Aku terdiam, lalu meringis. Tiba-tiba teringat dengan kakak
dan adik di rumah. Rindu.
Mungkin bagusnya kami terus berkelahi di masa muda, pikirku. Teruuus bertengkar sampai
lelah, menikmati kesenangan masa muda. Hingga akhirnya, di masa tua kami hanya akan mensyukuri keberadaan satu
sama lain. Tertawa bersama, mengingat kebodohan lama.
Gambar diambil di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar