Aku masih
tak bisa berteriak lepas
Dadaku perih
oleh tusukan rasa itu
Yang membara
dan menggigit setiap helaan nafasku
Jutaan wajah
kuberi warna asa
Hanya rupamu
yang kulukis sepenuh jiwa
Masih… aku
terbang tak tentu arah
Mencari
cahayamu yang bahkan tak bermuara
Harap,
sesal, rindu, amarah…
Ah… kelu.
Pernah
kutanya pada bintang,
“Mengapa tak
dia bunuh saja diriku?
Agar ku
tenang tak dijejali butiran cinta itu…”
Lalu,
kudengar jawaban,
“Takdirmu,
wahai jiwa, mungkin takdirmu…
Cintai dia
yang hanya bayang semu..”
Kudengar itu
dan ku terpaku
Cih… bosan.
Lagi-lagi
kutumpahkan air mata untuknya yang tak bisa kudapatkan.
(saat ku tersiksa rasa, tenggelam dalam air
mata…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar