Menyebarkan tetes demi tetes keputusasaan yang menghitam. Menguap dan menjebak ragamu dengan awan yang kau buat untuk melindungi dirimu sendiri.
Kau berdiri gagah sekaligus merendah. Menempatkan dirimu
terlihat dan berbayang. Kau adalah ironi dari setiap kata yang kau ucapkan.
Kau tidak pernah mencintai cahaya, melihatnya pun tak mau.
“Berbeda dengan kalian, aku lebih baik menghindarinya.
Membutakan,” katamu.
Kau selalu menganggap dirimu berbeda dan menjadikan dirimu
berbeda.
Tapi apakah kau juga harus menghina kami yang menurutmu--hanya menurutmu--sama
dan biasa?
Harapanmu tidak pernah berjalan seirama dengan usahamu untuk
membuat kami menyadari bahwa kau nyata dan bukan makhluk utopis yang hidup
dalam drama.
“Jadilah berbeda dan luar biasa!” kau bilang. Suaramu
lantang, penuh tekanan. Menekan dan menuntut, sarat pembenaran.
Kau membuat keunikan menjadi kehilangan makna. Kau menodai
kreativitas dengan tuntutan. Kau mengkonversi apresiasi dengan hasil yang seolah tak ada harganya di hadapan beban dan upaya.
Kau tahu?
Berkat kau, kami tidak ingin menjadi berbeda.
Berkat kau, kami hanya ingin menjadi sederhana, dan
menikmati setiap detiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar