Lebih dari 3 tahun lalu aku pernah menulis tentangmu.
Lebih dari 3 tahun yang lalu semua tulisan masih tentang kamu. Tentang kita dan mimpi-mimpi tentang kebersamaan, tentang aku dan kamu yang memimpikan satu titik akhir pertemuan di mana kau dan aku tidak perlu lagi mengucapkan selamat tinggal.
3 tahun lalu aku pernah merasakan bagaimana rasanya kau khianati.
Merasakan bagaimana hampanya mengetahui bahwa ku hanya berjuang sendirian, mengetahui bahwa segala sakitku tetap saja tak berarti apa-apa, bahwa segala janji memang tak akan pernah ditepati.
Aku berjalan tertatih, susah payah menjadikan diri ini kembali utuh, kembali merasakan dan mencintai, kembali tertawa dan membiarkan semua berlalu.
Lalu aku memaafkanmu.
Lalu kau kembali.
Kadang aku ingin tertawa sekeras-kerasnya, kepada langit, kepada awan-awan yang menyaksikan air mataku ruah karena meratapimu, kepada senja yang kusumpahi tiap hari karena mengingatkanku bahwa tidak ada orang yang pernah memujaku sehebat kamu.
Tapi mereka tidak pernah salah. Kau pun tidak. Aku pun tidak.
Karena kita hanya dua orang yang terlalu menyepelekan takdir Tuhan. Dua orang yang terlalu lelah berjuang sehingga sepenuhnya menyerahkannya kepada angin-angin yang berhembus, berharap mereka bisa mewakili kehadiranku di malammu yang dingin, atau menjadi pengganti bahumu di saat aku ingin menangis.
Karena semua itu tidak akan pernah bisa terwakilkan. Karena kita terlalu saling membutuhkan hingga saling menyakiti. Kita hanya berkata kuat saat tubuh ini sudah lelah luar biasa.
Sayang, kita sudah terlalu lama bersama, dan terlalu lama terpisah.
Maka kali ini, izinkan aku melepasmu dengan benar. Dengan kesadaran penuh bahwa kita tidak bisa terus-terusan mengkambinghitamkan jarak dan waktu. Tidak bisa terus-menerus menyalahkan keadaan. Tidak bisa lagi menganggap bahwa aku dan kamu adalah tempat kembali saat semua hancur-lebur tak terkendali.
Karena kamu ada untuk pernah kucintai.
Karena aku ada untuk pernah kau inginkan.
Maka kali ini, izinkan aku melepasmu dengan benar.
Dan kembali melangkah sendirian.
Dengan namamu yang sudah terpatri di nisan hati sebagai pelajaran.
Yogyakarta, 1 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar