Aku melepas dengan hati
Berharap tidak terikat lagi
Tapi kau tidak juga menepi
Dan asaku enggan akan sepi
Kadang datang, kadang pergi
Masih merindu, masih menunggu
Mungkin sampai harapku mati
Mungkin sampai lukaku sembuh sendiri.
Aku melepas dengan hati
Berharap tidak terikat lagi
Tapi kau tidak juga menepi
Dan asaku enggan akan sepi
Kadang datang, kadang pergi
Masih merindu, masih menunggu
Mungkin sampai harapku mati
Mungkin sampai lukaku sembuh sendiri.
Mengaji bandongan itu bukan hanya tentang memaknai kitab bahasa arab
Tapi tentang transfer ilmu paling ampuh
Melalui mekanisme bebas tanpa dogma, tanpa kurikulum
Tentang menerima suntikan semangat dan motivasi
Melalui pengalaman-pengalaman yang diceritakan
Melalui celotehan dan gurauan sarat pelajaran
Aku merindukanmu,
Di setiap hela tarikan napas
Di setiap lirikan yang penuh tanya
Di tengah-tengah air mata ataupun tangis bahagia...
Aku benar-benar merindukanmu.
Mungkin kami memang masih kebanyakan dosa. Mungkin kami memang tidak terlalu mampu. Mungkin kami memang tidak berpengalaman. Mungkin kami memang tidak berhak untuk mendapatkannya.
Atau mungkin, kami memang masih belum bisa ikhlas beramal.
Rada pedih sih, Tuhan. Tapi toh humor-Mu selalu berkesan untuk dinikmati.
Take home exam
Take home exa
Take home ex
Take home
Take hom
Take ho
Take h
Take
Tak
Ta
Tah
Tahi
Tahik
Tahik k
Tahik ku
Tahik kuc
Tahik kuci
Tahik kucin
Tahik kucing
Terberkatilah anda yang bukan seorang deadliner.
Sahur ngantri sambil keliyengan gegara nyawa belom ngumpul...
Subuhan sambil ngangguk-ngangguk gara-gara ngantuk berat...
Nyatet kultum tulisannya udah nggak karuan dengan niat yang penting ngumpulin...
Ngaji kitab di musholla pake bawa-bawa bantal...
Nonton FTV atau MV Korea disela-sela pergantian ngaji kitab...
Sore-sore ngebarisin piring biar dapet katering buat buka...
Jalan-jalan sore sampe Jogokariyan niatnya nyari takjil doang eh yang dibeli makanan yang banyaknya cukup ampe 3 hari gara-gara laper mata...
Buka puasa rame-rame abis itu langsung ngerumpi lagi mentang-mentang udah buka...
Dateng teraweh paling belakangan biar dapet di luar...
Sholat teraweh sistemnya kaya puasa 'Daud'...
Abis teraweh langsung ngetep tempat 'strategis' buat ngaji kitab soalnya ngaji kitabnya bareng santri putra...
Ngaji kitab ada yang bawa jajan se kresek biar nggak ngantuk...
Selesai ngaji kitab langsung marathon film atau MV Korea yang kaga bosen-bosen diputer... saaaampe sahur.
Kami memang santri klowor. 😊
(Pict: Pembukaan Program Kegiatan Ramadhan 1436 H PP Krapyak Yogyakarta)
"Bagaimana?" tanya mereka waktu itu
"Entahlah," jawabku
Bahkan aku yang terlibat tidak tahu ini apa
Karena saat aku memutuskan untuk berhenti mengejar, kau juga mungkin memutuskan untuk berhenti berlari
Tetapi kau tidak kembali, dan aku pun sudah terlalu lelah untuk berjalan lagi
Hanya mencoba mengatur napas kesabaran, mencoba mengobati perih yang tidak mau diabaikan
Hingga kini, di sini lah kita, terpisah jarak yang sama-sama tak ingin kita pedulikan
Hanya saling melambaikan tangan dan tertawa bodoh, entah sampai kapan.
Karena mungkin memang begitu adanya. Kita hanya merindukan apa yang pernah terjadi. Kita merindukan debaran, hasrat, tawa dan sedikit percikan cemburu. Kita merindukan kepakan sayap kupu-kupu, atau usapan lembut, atau pelukan hangat. Kita rindu dipandang dengan binar, dicium dengan mesra, atau dipanggil dengan suara parau yang sarat pemujaan. Kita rindu dinanti, rindu dirindukan, rindu dicintai.
Tapi kadang kita terlalu takut untuk memulai lagi. Takut memberi terlalu banyak hingga akhirnya terpuruk. Takut mencintai terlalu dalam hingga akhirnya tak tertolong.
Karena kadang ini bukan tentang dia, mereka, atau masa lalu. Ini hanya tentang kita sendiri.
Karena memang manusia bisa sedemikian pragmatis.
Rasa yang tak pernah hadir selalu muncul jika itu kau
Detak yang tak pernah kencang selalu memburu jika ada kau
Bahkan sakit itu hilang, digantikan oleh percikan nostalgia yang membayang
Membangkitkan ingatan, menampilkan kilasan
Tapi percayalah, ini bukan rasa penuh ambisi
Aku tertawa untukmu, tersenyum karenamu, tapi tak lagi menangisimu
Aku ingin bahagia, kau ingin bahagia, kita sama-sama ingin bahagia
Semua tanpa tendensi, tanpa ekspektasi
Kita tak bernama, suatu hubungan tanpa definisi
Aku dan kau adalah anomali.
Ia membungkus batu itu dengan kertas lalu dilemparnya ke lautan
Tenggelam, basah, hancur
Seperti hatinya yang kini ia paksa tuk menepi
Ia membalikkan badan, melangkahkan kaki, mengusap pipi
Ia tinggalkan bentang biru yang menjadi saksi bisu
Tanpa ia sadari, di belakangnya langit cerah merekah
Seluruh penghuni lautan menyenandungkan alunan penuh janji
Semesta mengalun, mencatat dengan rapi
"Dengan senyum bahagia yang terbentuk di wajahmu, kau akan datang lagi."
Pernah membayangkan bola besi yang legamnya menggelapkan matamu?
Pernah membayangkan tajam pisau yang kilaunya membutakan pandanganmu?
Pernah membayangkan tali bebat yang kekuatannya memenjarakan asamu?
Pernah membayangkan semua itu mewujud nyata di hadapanmu?
Jika belum, langkahkan kakimu menjauh dariku
Aku sudah merah karena amarah.
Membiru karena pilu.
Kau tidak pernah hadir saat lembayung menyelimuti senja
Tidak pernah bicara saat kicau burung pipit mulai menghiasi pagi
Tidak pernah menghampiri saat petir menyambar kencang membelah langit
Tidak pernah melintas saat matahari memancarkan murka dengan teriknya
Kau tidak pernah ada
Tetapi harapku selalu membumbung tinggi
Menunggu, terkadang sambil menangis, terkadang sambil memaki
Menatap langit, menjejak bumi
Menggenggam hati yang entah kini milik luka yang mana lagi.
Expect what unexpected.
Thank you for supporting EKALAYA, Guys!
Yeah, we're just 3 dumb people who try to learn without teacher. XD
Ayah, cambuk aku untuk menulis lagi.
Agar kelak di saat semua catatan terbuka, aku bisa mengerti, seberapa jujur anakmu ini terhadap dirinya sendiri.
"Tidak mudah menghilangkan bayang," ujarku.
Tertunduk. Putus asa dan lelah luar biasa.
Lalu kau tersenyum, matamu sarat pemahaman.
"Tidak ada kesulitan yang melumpuhkan asamu, sebenarnya. Kau hanya tidak mau mencoba."
"Aku sudah mencoba dan berkali-kali aku kembali ke titik semula!"
Sudut mulutmu pun terangkat, menampakkan lesung pipimu.
"Mengapa kau tersenyum?" Tanyaku jengkel.
"Hanya mengagumi betapa hebatnya bayang itu memelukmu hingga kau mengacuhkan kemampuanmu sendiri."
"Maksudmu?"
"Kau bukannya tidak bisa menghilangkannya, kau hanya tidak ingin bayang itu menghilang."